Beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh tangis ribuan tenaga honorer kategori dua (K2) yang benar-benar mengabdi, namun tidak terakomodir dalam perekrutan CPNS. Hal itu ditenggarai karena adanya sejumlah tenaga honorer yang dinyatakan lulus, meskipun dalam kesehariannya mereka bukanlah seorang honorer [honorer siluman].
Jika seperti ini, siapa yang salah?
Melihat dari pokok permasalahan, sayapun merasa sejumlah pihak mesti sadar diri, terutama pihak Badan Kepegawaian Negara (BKN) hingga ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Kenapa? ya, karena mereka sesuangguhnya tahu berapa jumlah honorer yang dapat diangkat menjadi PNS, namun pada pelaksanaannya mereka seakan menutup mata. Alhasil, kericuhan saat pengumuman pun tak pelak di mana-mana. BKN tak ingin disalahkan dan melempar tanggungjawab itu ke pemerintah daerah masing-masing, tetapi mereka mengakui jika jumlah honorer sesuai data yang masuk dari tiap daerah sebanyak 600 ribu lebih, meskipun dalam data yang ada di BKN, mereka tahu jumlahnya hanya mencapai 120 ribuan saja se Indonesia.
Pertanyaannya, sudah punya data seperti itu mengapa masih mau dikibuli data dari daerah? mestinya BKN turun memverifikasi data yang ada, dan mengeluarkan yang memang sudah tidak aktif lalu mengangkat yang benar-benar mengabdi. Nyatanya, hal berbeda terlihat, BKN memberi kesempatan kepada oknum-oknum dari daerah untuk bermain. Hasilnya cukup fantastik, untuk kabupaten Banggai saja, ratusan orang yang tidak melaksanakan tugas sebagai honorer dinyatakan lulus.
Hal ini tentunya sangat merugikan mereka yang benar-benar menjadi tenaga honorer selama ini, puluhan tahun mengabdi tanpa gaji dan hanya berharap dari belas kasih orang, serasa tak terbalaskan. Negara ini seolah membunuh para pekerja yang sudah membuang waktunya untuk melaksanakan tugas pemerintah selama ini. Kecewa? sudah pasti, karena pengabdian mereka selama ini dengan harapan dapat direkrut sebagai PNS nantinya. Sayangnya, impian itu sirna hanya karena kesalahan pemerintah yang seenaknya mengacak data yang sudah ada.
Kini masing-masing daerah tengah melakukan verifikasi kembali terhadap sejumlah honorer yang telah dinyatakan lulus. Tapi kemudian muncul lagi pertanyaan, yakinkah verifikasi itu akan berjalan dengan baik? pengalaman sebelum dilaksanakan ujian, pihak BKD pun diberi kesempatan oleh MenPAN untuk memverifikasi data-data para honorer yang dinyatakan lolos berkas, jangan sampai ada yang sudah tidak aktif. Nyatanya, verifikasi itu hanyalah formalitas, buktinya pada pengumuman kelulusan hasil ujian yang digelar Panselnas beberapa waktu lalu, sejumlah nama-nama orang yang tidak pernah melaksanakan tugas sebagai honorer dan selama ini bekerja sebagai karyawan swasta dinyatakan lulus. Lalu, masih percayakah kita dengan verifikasi yang dilakukan saat ini?
Kawan, masih banyak jalan menuju roma. Mungkin itu pepatah lama, yang masih bisa kita gunakan. Hidup tak hanya sebatas menjadi PNS, masih banyak pekerjaan yang juga menjanjikan jika kita benar-benar bekerja. Jangan berharap kepada mereka yang telah menjual hak-hak kalian, cobalah untuk menerima beginilah kondisi negara kita. Negara saat ini tak lagi memperjuangkan hak-hak rakyat, karena mereka [pejabat] untuk mencapai posisinya tak sedikit yang rela mengorbankan banyak hartannya, pastinya itu akan mereka cari kembali ketika duduk di posisi saat ini. Dimana mereka mencari kembalian itu? ya dari kalian. Kalian memang tidak memberikan harta masing-masing, tapi hak kalian dirampas, lalu diberikan kepada orang yang mau menukarnya dengan harta itu. Hanya satu jalan agar tatanan yang sudah rusak dan telah mendarah daging itu dapat dirubah, yakni keluar dan lawan. Meksipun membutuhkan waktu yang lama, ataupun tak berhasil sampai batas usia, namun perjuangan kita akan menjadi satu titik awal perjuangan generasi penerus bangsa yang benar-benar peduli akan negara kita.
Jangan percaya iming-iming yang diberikan, sebab tangis dan keluh kalian adalah sesuatu yang sangat mereka dambakan. Semakin kalian mengeluh dan menangis, saat itupula mereka semakin di dewakan pihak lain, yang akhirnya hanya akan menambah pundi-pundi mereka. Kita bukan anak kecil lagi yang diberi iming-iming langsung menerimanya, cobalah untuk menyimak lalu masukan ke logika, adakah kita yang jumlahnya ribuan itu bakal direkrut juga? tentu tidak. Karena jika iya, negara ini akan bangkrut hanya untuk menggaji kita. Meskipun menurut pendapat orang, negeri ini kaya, dari hasil tambang saja, tanpa bekerja seluruh penduduk indonesia dapat digaji jutaan rupiah, asalkan pemerintah benar-benar memanfaatkan tugasnya dalam menarik retribusi dari tambang dan menggunakannya tepat sasaran. Namun satu hal yang perlu diingat, negeri ini adalah negeri para bandit seperti apa yang dikatakan Iwan Fals, sedikit bahkan mungkin tak adalagi pejabat yang murni memperhatikan rakyat.
Seperti ungkapan Stallin "kau rampas kebun cokelatku, lalu kau tukar dengan cokelat", intinya kita dibayar dari hasil yang seharusnya menjadi milik kita. Semua kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, pasti berujung pada pembebanan pajak bagi warganya. Saat ini, semua yang menjadi hak rakyat dibebani pajak, yang dikatakan kesehatan gratis, sejatinya masyarakat dibebani pembayaran dan berharap ketika sakit akan dibiayai. Padahal pada prakteknya, obat-obatan bahkan ruangan pun tetap akan dimintakan sejumlah uang ketika kita sakit nanti. Hak yang sesungguhnya menjadi hak kita sebagai warga negara, ternyata hanya dinikmati segelintir orang yang dikenal dengan sebutan bandit itu.
Kembali lagi ke soal PNS, ketika kalian masuk dalam dalam struktur PNS [misalkan] nasib kalianpun belum tentu lebih baik dari hari ini, karena berbagai penindasan bakal hadir disana. Kita bisa berkaca dari pengabdian kalian selama ini, mereka yang telah mendapatkan gaji dan dijamin kehidupannya oleh negara malah duduk santai, sementara kalian yang dipaksa bekerja. Ketika hasilnya baik, maka nama mereka yang akan dikenal, tapi kalian akan terlupakan bagai butiran air yang mengalir di dasboard mobil. Tak usahlah menyesali apa yang terjadi selama ini, tetapi pandanglah kedepan dan raihlah perubahan untuk kehidupan kita yang lebih baik. Mungkin saja, nasib kalian akan lebih sukses ketika menjadi pendagang, pengusaha atau lainnya. Pandai-pandailah menggunakan kelebihan yang telah diberikan Penciptamu, karena tak ada manusia yang diciptakan tanpa kelebihan. Yang ada kita yang belum menyadari kelebihan yang kita miliki.
Biarkan para bedebah itu berkicau, tataplah kedepan dan tak perlu menoleh kebelakang untuk menyesalinya. Pengalaman itu cukup sampai disitu saja, jangan ditelan jika itu pahit. Karena jika yang pahit itu dibiarkan, maka kau akan menjadi terbiasa, yang akhirnya sampai kapanpun perubahan tak akan datang dalam hidupmu. Selamanya tertindas, selamanya tertekan, selamanya menjadi pesuruh dan hidup diatas telunjuk tangan orang lain, tanpa bisa menentukan arah hidup sendiri.
Semangat kawan, jalan yang harus kita lalui masih panjang, hidup kita masih penuh warna, jadikan pengalaman itu sebagai suatu yang dapat memacu semangat kita untuk berjuang dengan cara yang lebih baik, untuk kehidupan yang menggairahkan. Jadilah orang yang berbeda diantara kawananmu, dan kau akan terlihat menonjol tanpa keluar dari aturan yang ada.
"Jangan bungkam suara kritis"
OI_BATIK LUWUK BANGGAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar