Jumat, 03 Oktober 2014

Pimpin Demo di Mapolres, Amirudin Diciduk



LUWUK-Amirudin, warga Morowali yang menjadi Koordinator Lapangan (Korlap) aksi demo warga Dongin di Mapolres Luwuk, kemarin sekira pukul 09.30 Wita, Kamis (2/9), diciduk polisi. Amirudin diciduk karena memimpin aksi unjuk rasa tanpa disertai surat ijin. Kapolres Banggai, AKBP Dulfi Muis SIk SH MH bahkan turun langsung ke lapangan dan menjemput Amirudin, sebelum digiring ke ruangan penyidik.
Aksi unjuk rasa merupakan protes atas penangkapan 10 warga Desa Dongin yang menjadi tersangka kasus pengrusakan Balai Desa Dongin beberapa waktu lalu.
Beberapa warga lainnya yang dipanggil polisi untuk menjadi saksi dalam kasus pengrusakan itupun tak pernah menghadiri panggilan polisi. Diduga karena takut ditetapkan sebagai tersangka. Sebab mayoritas diantara mereka juga terlibat dalam pengrusakan balai desa. Rabu (01/10) sejumlah warga juga telah melakukan aksinya di kantor DPRD Banggai. Sore harinya sekira pukul 15.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita masyarakat juga melakukan aksinya di Mapolres Luwuk untuk mendesak polisi melepaskan rekan-rekannya. Sempat diterima Kapolres bersama Wakapolres, Kompol Prasetya Sejati SIk, masyararakat diminta untuk kooperatif dalam menghadiri panggilan polisi untuk menjalani pemeriksaan.
Bukannya menghadiri panggilan, warga kembali ke Mapolres dengan melakukan aksi Kamis kemarin."Kalau Rabu kemarin mereka memang ijin, tapi untuk hari ini tidak ada pemberitahuan," sebut Kapolres.
Kapolres saat melihat adanya aksi masyarakat Dongin tersebut langsung dari luar ruangannya, dan memerintahkan anggotanya untuk menangkap Amiruddin yang saat itu tengah berorasi.
Ibu-ibu yang ikut dalam aksi tersebutpun histeris dan berteriak-teriak meminta agar korlapnya tidak ditangkap. Namun, Amiruddin dan sejumlah warga yang diduga merupakan pelaku pengrusakanpun digiring ke dalam Mapolres Banggai dan langsung dilakukan pemeriksaan."Berulang kali saya katakan, unjuk rasa itu tidak dilarang tapi harus ada pemberitahuan. Mereka (masyarakat Dongin,red) saat saya tanyakan katanya ada ijinnya, saya tanyakan untuk hari apa, katanya dari kemarin sampe selesai. Lah, kalau sampe selesai ini kan gak jelas, masa orasi sampai selesai, bisa sampe tahun depan dong ijinnya kalau gitu," tegasnya.
"Amiruddin kita amankan karena melakukan aksi unjuk rasa tanpa ijin. Dan kita juga memiliki hak untuk menahannya selama 1 kali 24 jam untuk pemeriksaan," sambungnya.
Penahanan Amiruddin dilakukan karena yang bersangkutan melanggar Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 pasal 10 ayat 3 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Dimana, polisi dapat membubarkan aksi yang sebelumnya tanpa pemberitahuan."Kalau ditahan tidak, minimal wajib lapor. Untuk kendaraan dan perlengkapan unjuk rasa untuk sementara kita tahan. Kalau kita tidak tegaskan seperti itu, nanti dia semakin menjadi-jadi," ungkap Kapolres.
Informasi yang berhasil dihimpun Luwuk Post, polisi mengamankan sekira 19 warga desa Dongin untuk dimintai keteragannya terkait kasus pengrusakan balai desa. Sementara 10 warga lainnya yang telah diperiksa dan ditetapkan sebagai tersangka kini telah dititipkan di Lapas Kelas IIB Luwuk.
Amirudin sendiri disebut-sebut berada dibalik aksi pengrusakan balai desa Dongin yang dilakukan warga setempat.(van)

sumber : luwukpost

Sabtu, 13 September 2014

Tak Sampai Semenit, Devi Kalahkan Petinju Morowali

POSO-Harapan kabupaten Banggai untuk menambah perolehan medali emas semakin dekat. Sabtu, (13/9) kemarin Devi Sigarlaki berhasil mengkandaskan perjuangan petinju putri asal Morowali tak sampai semenit. Saat ronde pertama dimulai, Devi langsung melancarkan serangannya. Blok yang dipertunjukkan petinju asal Morowali tak mampu menahan kerasnya pukulan variasi Devi.

Tersudut di pojok ring, Devi tak menghentikan serangan hingga wasit memisahkan keduanya. Ramadani, petinju putri asal Morowali tak mampu melanjutkan pertandingan. Melihat hal itu, Devi terlihat mengelengkan kepalanya seakan tak percaya lawannya telah menyerah sebelum bel ronde pertama selesai.

Melihat kondisi Rahmadani, wasit akhirnya menghentikan pertandingan dan menyatakan Devi menang TKO (tehnical knok out) dan berhak melanjutkan pertandingan ke babak final kelas 51 kilogram. Sehari sebelumnya, petinju putra asal Banggai, Muhammad Fadli juga berhasil masuk babak final usai mengalahkan petinju asal Buol di babak semifinal.

Dicabang olahraga lainnya yang masuk babak final antara lain; pencak silat, 5 atlet saat ini telah memasuki babak final, catur cepat dan catur kilat masih berlangsung. Kemudian balap motor dan billyard serta taekwondo masih berlangsung. Namun untuk cabor taekwondo yang lokasi pertandingannya dilangsungkan di Tentena, telah berhasil meraih satu emas, satu perak dan satu perunggu dan saat ini masih bertanding.

Peringkat sementara kabupaten Banggai di pekan olahraga provinsi Sulawesi Tengah ke VII di kabupaten Poso, saat ini berada di posisi ke lima dengan perolehan sementara 5 medali emas, 14 perak dan 24 perunggu.(*)

Kamis, 11 September 2014

Alan Karateka Banggai Sumbang Emas di Porprov Sulteng ke VII


POSO-Setelah catur memastikan tiga medali emas, rabu malam lalu, Kamis (11/9) kemarin sekira pukul 18.00
Wita cabang olahraga Karate utusan kabupaten Banggai kembali menambah perolehan medali emas dari kelas 55 kilogram putra, serta satu perak dari kelas Katak beregu putri.

Manager Karate Banggai, Yori Ntoi mengungkapkan perolehan medali emas yang berhasil direbut Alan Nuari dari kelas 55 kilogram putra serta satu perak dari kelas katak beregu putri telah menambah perolehan medali bagi kabupaten Banggai."Kita berharap dari kelas bebas putra bisa menambah perolehan emas," sebutnya.

Yori juga mengungkapkan jika di kelas bebas putra tim karate yang tengah dipertandingkan menargetkan tiga medali emas untuk menambah koleksi medali untuk kabupaten Banggai.(van)



Rabu, 09 April 2014

Golput Saat Pemilu, Mungkin Salah Tapi Itu Pilihan

Ngomongin soal Pemilu, seingatku pertama dan terakhir memilih tuh saat presiden SBY pertama kali nyalon. Saat itu memang saya memilih beliau, tapi kemudian saya merasa tak ada yang istimewah ketika pilihan kita itu menang. Sebab mereka yang terpilih akan menjadi yang terhebat, sementara kita tetap akan menjadi diri kita seperti apa adanya. Sejak saat itu, dalam momentum pemilu jenis apapun termasuk pilkades [pemilihan umum kepala desa] saya tak ikutan. Banyak yang berkesimpulan bahwa keputusan yang terus dipertahankan hingga pemilu 9 April 2014 ini, adalah hal yang keliru. Sebab menurut mereka, dengan menyalurkan aspirasi yang ada, kita dapat menjadi bagian dari perubahan akan proses ke depan bangsa ini. Saya sih, fine-fine ajah dengan pernyataan itu..:)

Kenapa? ya karena itu menurut mereka, tapi kita kan punya pandangan masing-masing. Dan apapun keputusan kita, adalah hal yang memang telah kita perhitungkan. Jika tidak memilih kita dikatakan bukan bagian dari NKRI, mungkin saya akan nyoblos, hehe. Karena saya adalah anak negeri yang cinta akan negeri ini, meskipun dari segala hal pemerintah banyak menjual aset-aset negeri. Punya kekayaan alam yang berlimpah, namun rakyat tetap ajah banyak yang melarat. Tapi apapun itu, saya adalah anak Indonesia sekarang dan sampai kapanpun.

Mungkin salah ya, tapi jujur kebanyakan dari mereka yang terpilih itu. Suatu saat akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya ketimbang kepentingan orang banyak. Buktinya sudah banyak. Contohnya, banyak kasus korupsi yang pada ujung-ujungnya tersangkanya adalah mereka [orang-orang yang kita anggap hebat dan kita percayakan untuk dapat menyampaikan aspirasi]. Mereka yang dipercaya, justru lebih banyak mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok, tanpa peduli akan nasib kita [memang sih, ada beberapa orang yang benar-benar bekerja untuk rakyat]. Namun, di dalam sana, sistemnya kolektif. Jika tidak ditemukan jalan keluar maka ujung-ujungnya voting, ya jelas kalah lah yang mau bekerja untuk rakyat.

Apalagi kepada mereka yang mencalonkan diri dengan menghamburkan banyak uang. Tak akan mungkin mau memiskinkan diri jika tak ada tujuan untuk memperkaya diri. Iya, mereka yang menghamburkan uang banyak, pasti nekad. Karena mereka yakin, kelak jika terpilih dapat memperoleh hasil yang lebih banyak lagi. Seperti yang biasa terdengar dari kicauan 'burung', mereka akan mendapatkan fee dari sejumlah proyek pemerintah. Tak hanya itu, dari gaji, uang makan, uang rokok, uang rapat hingga uang turun lapangan dan SPPD, hasil yang diperoleh juga sangat banyak. Padahal, kebanyakan dari mereka kerjanya, hanya datang, duduk, diam, terima amplop, lalu pulang.

Untuk satu daerah yang merupakan daerah kelahiran saya saja, beberapa peraturan daerah hingga selesai masa jabatannya tak kunjung terselesaikan. Tapi soal dana perjalanan, pasti selesai sebelum habis masa penggunaannya. So apa sih manfaatnya bagi kita ? kalau hanya karena dia yang mencalonkan adalah keluarga, teman, atau apalah, apakah kita nantinya juga akan dimudahkan dalam mencari pekerjaan ?

Momentum Pemilu legislatif 9 April 2014 ini, dalam keluarga tak hanya saya sendiri yang memilih Golput [Golongan Putih]. Tapi isteri sayapun memilih hal yang sama, meski hanya ikut-ikutan namun dirinya pun mengakui jika siapa saja yang terpilih dari hasil pencoblosan. Tak akan pernah mempengaruhi kehidupan atau perekonomian keluarga [biasa ibu-ibu selalu mikirnya soal dapur, hehe]. Namun itu ada benarnya, mereka yang terpilih nantinya bakal naik mobil berkaca gelap, saat kita menyapa. Jangankan balas menyapa, buka kaca mobilnyapun akan susah. Jadi pilihan kami 'golput' adalah yang terbaik, biarlah kami menjadi penonton yang baik dalam setiap momentum itu.

Maaf jika salah, namun itu adalah pilihan saya sampai saat ini !

"Kita adalah penonton yang baik, siapapun yang terpilih, untuk makan kita tetap harus bekerja,"

Selasa, 08 April 2014

Sejarah Singkat Berdirinya Luwuk Post

Untuk warga kabupaten Banggai dan sekitarnya, koran harian Luwuk Post mungkin sudah tidak asing lagi. Karena Luwuk Post sudah 6 tahun lebih mendedikasikan diri, untuk dapat memberikan sajian informasi yang menarik bagi pembaca setianya. Namun, dibalik itu semua. Adakah diantara kalian yang tahu sejarah berdirinya Luwuk Post ?
Nah..untuk yang belum tahu saat ini saya akan membagikan sedikit informasi mengenai sejarah Luwuk Post. Meskipun saya bukanlah bagian dari orang-orang pertama dalam sejarah berdirinya Luwuk Post, tapi dari beberapa wartawan senior saya kerap mendapatkan informasi bagaimana awal berdirinya koran 'Harian Pertama Terbesar di Kawasan Timur Sulawesi' itu. Penasaran, ini sejarah singkatnya.

Koran harian Luwuk Post mulanya adalah bagian dari Gorontalo Post. Beberapa wartawan di Gorontalo Post adalah putra asli tanah Babasal (Banggai, Balantak, Saluan). Merasa mampu memberikan informasi menarik terkait beberapa daerah di Gorontalo hingga daerah itu dikenal luas secara Nasional. Sejumlah wartawan putra asli Babasal itu kemudian mendapatkan pemikiran untuk memperkenalkan daerahnya. Setelah membicarakan bersama terkait keinginan itu, mereka kemudian menyampaikan ke pimpinan redaksi Gorontalo Post, yang kemudian disetujui.
Awalnya, yang diberangkatkan ke kota Luwuk pada tanggal 4 November 2006 untuk merintis Biro Gorontalo Post ialah Haris Ladici (asli Gorontalo, sekarang Pimred Luwuk Post), Gafar Tokalang (asli Masama, sekarang Pimred Warta Mamua), dan Nasri Sei (asli Batui, sekarang Wiraswasta), sementara beberapa lainnya seperti Herdianto Yusuf (asli Banggai, sekarang Direktur Luwuk Post) tetap 'stay' di Gorontalo Post untuk membantu proses editing berita dari Luwuk, serta pengiriman koran ke Luwuk. Setelah mempelajari lokasi sehari setelah tiba, ketiganya kemudian mulai merintis jalan untuk menyajikan berita-berita lokal, lalu dikirimkan ke Gorontalo Post untuk diterbitkan [dicetak].

Tak mudah memang saat itu untuk mendapatkan berita-berita menarik seperti saat ini. Pasalnya, sejumlah pejabat yang memiliki kewenangan untuk memberikan informasi terkait rencana pembangunan sangat tertutup kepada wartawan. Alhasil, berita yang disajikan hanya berupa berbagai keluhan masyarakat. "Susah sekali, setiap kali kita datang wawancara. Jawaban para pejabat ialah maaf ada masalah apa ya?" imbuh Haris Ladici menirukan pernyataan salah satu pejabat saat itu.

"Kalau tidak begitu, pasti mereka (pejabat, red) langsung mengatakan 'maaf belum ada uang'. Haduhh, jadi memang saat itu konotasinya, wartawan itu kalau mau muat berita mesti dibayar, padahal sesungguhnya tidak demikian," sambungnya.

Seiring berjalannya waktu, dan warga maupun para pejabat mulai memahami akan fungsi dan manfaat media. Kesulitan akan penyajian berita-berita lokal pun teratasi. Meski masih cetakan hitam putih, namun koran yang saat itu dikenal dengan nama "Pro Sultim" sudah melekat di hati masyarakat kabupaten Banggai (saat itu masih tergabung dengan kabupaten Banggai Kepulauan dan kabupaten Banggai Laut). Hari berganti hari 'Pro Sultim' terus menarik perhatian pembaca Banggai, permintaan berlangganan dan pemasangan iklan pun bertambah.

Dari yang awalnya masih dicetak di Gorontalo Post, dan hanya empat halaman, serta masih tergabung dalam koran harian Gorontalo Post. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 7 Juli 2007, Pro Sultim akhirnya mendeklarasikan berdiri sendiri dan berganti nama menjadi Luwuk Post (bukan Luwuk Pos). Terbitan Luwuk Post juga sudah tidak tergabung dengan Gorontalo Post,Saat itu kantor Luwuk Post masih mengontrak rumah warga di Jalan Pulau Masalembo kelurahan Simpong [tak jauh dari Lapas kelas IIB Luwuk].
Beberapa putra Babasal yang menjadi wartawan di Gorontalo Post pun kembali ke tanah kelahirannya, termasuk Herdianto Yusuf dan Zulhelmi Alting [saat ini menjabat Redaktur Pelaksana Luwuk Post]. Perjalanan untuk membesarkan perusahaan terus digenjot, dengan tetap memperhatikan penyajian berita yang menarik dan edukatif kepada pembacanya. Meski telah berdiri sendiri, Luwuk Post sebagai bagian dari jaringan JPNN Group tetap berkoordinasi dengan Gorontalo Post.

Sembilan bulan kemudian, minat pembaca meningkat. Permintaan untuk pemasangan iklan dan advetorial [iklan dalam bentuk berita dan foto] untuk kantor-kantor atau organisasi tertentu pun berdatangan. Alhasil, Luwuk Post mampu membeli sebidang tanah dan bangunan di Jalan Imam Bonjol kelurahan Bungin Timur, kecamatan Luwuk. 
Kantor Luwuk Post akhirnya dipindahkan, lalu memulai dengan cetakan 8 halaman. Tak berapa lama kemudian, Luwuk Post yang merupakan jaringan dari Jawa Post National Network (JPNN) Group, akhirnya mendapatkan jatah mesin percetakan sendiri. Terus berkembang, Luwuk Post akhirnya kembali mendapatkan mesin cetak warna dari JPNN. Dari yang awalnya sehari hanya cetak 150 eksplempar, naik menjadi ribuan ekplempar.

Bukannya tak memiliki hambatan, Luwuk Post adalah koran harian yang telah makan 'asam garam' terkait pemberitaan. Mulai dari ucapan terima kasih, hingga penyerangan dan pengrusakan kantor pernah di alami [ulah oknum yang tidak senang akan keberadaan Luwuk Post]. Tak mudah memang mengembangkan perusahaan media, karena tantangan selalu saja ada. Direktur Luwuk Post, Herdiyanto Yusuf saat berbincang dengan saya mengatakan, itu adalah hal yang biasa terjadi kepada orang-orang media, dan kita tidak boleh patah arang.
"Makanya kita jangan mudah terbuai oleh pujian, karena pujian itu adalah racun," ucap Herdianto Yusuf saat itu. Alasannya simpel, menurutnya orang yang kerap menerima pujian itu, rata-rata menjadi malas untuk mengembangkan potensi [kemampuan] diri dalam membaca keinginan publik. Dampaknya, kita akan ketinggalan perkembangan atau informasi terkait perkembangan dunia. Itu juga akan berpengaruh pada minat baca pelanggan.

Kini Luwuk Post yang juga memiliki Website sendiri [news.luwukpost.info] tak hanya dikenal oleh warga kabupaten Banggai. Berkat eksistensi dan kemampuannya memberikan informasi, kabupaten Banggai dan Luwuk Post kini dikenal luas. Bahkan, hingga ke Mancanegara, seperti Australia, Jepang dan Amerika juga kerap mengunjungi website Luwuk Post untuk mengetahui perkembangan kota Luwuk dan sekitarnya. Mayoritas mereka adalah masyarakat kabupaten Banggai dan sekitarnya yang merantau ke negeri orang.

Ya, demikianlah sejarah singkat Luwuk Post yang saya ketahui. Semoga informasi singkat ini bisa bermanfaat bagi pembaca setia Luwuk Post dimanapun anda berada. Tetap baca Luwuk Post ya..:) Kritikan dan sarannya juga dibutuhkan, bisa datang langsung atau kirim SMS melalui rubrik SMS yang disediakan. Mari bersama kita membangun Babasal.(*)

Ditulis oleh : Steven Pontoh/ Wartawan Luwuk Post

Minggu, 16 Maret 2014

Heboh Penemuan Bangkai Mirip Unta



Warga Heran Dengan Bentuknya Yang Aneh

LUWUK-Warga kilometer 8 kelurahan Tanjung Tuwis, kecamatan Luwuk Selatan dikejutkan dengan penemuan bangkai hewan aneh. Keanehan itu terlihat karena bangkai hewan yang sudah terlihat hancur itu menunjukkan bagian leher yang panjang, serta tubuh yang besar.

Bobb, warga setempat, Sabtu (15/03) kepada Luwuk Post menyebutkan jika bangkai hewan aneh tersebut sudah ada sejak hari Kamis. Namun, baru di hari Jumat dirinya bersama warga setempat menyambanginya. Saat melihat bangkai hewan tersebut sejumlah presepsi wargapun bermunculan, ada yang mengatakan bangkai itu adalah bangkai sapi, ada yang bilang jerapah, adapula yang mengatakan itu bangkai unta."Kalau sapi tidak mungkin, karena saya ini puluhan tahun pelihara sapi. Saya tau modelnya sapi itu bagaimana, liat tulangnya saja yang besar sekali sudah tidak mungkin sapi," jelasnya.

Jika bangkai hewan itu adalah Jerapah dan unta, sangat mustahil. Pasalnya, jerapah dan unta tidak ada di Indonesia. Jikapun ada maka tempatnya itu di kebun binatang."Nah, kebun binatang tidak ada di Sulawesi, hanya ada di Jawa. Tidak mungkin sampe sini bangkainya," tegasnya lagi.

Spekulasi lainnya yang muncul ketika awak media menyambangi bangkai hewan itu Minggu (16/03) kemarin, di pantai tak jauh dari pekuburan umum kilometer depalan. Saat itu, sejumlah warga mengatakan jika bangkai itu adalah bangkai hewan laut yang telah lama hidup [hewan purba]. Tapi jika itu hewan laut, mengapa tubuhnya berbulu, tanya warga lainnya. Kebanyakan dari warga yang ada berpendapat jika bangkai itu adalah bangkai unta."Bisa jadi kan kalau ada penyeludup, karena mati di perjalanan mereka coba hilangkan jejak dengan mengikat leher dan kaki dengan pemberat baru buang ke laut," kata salah satu warga.

Amatan Luwuk Post, tubuh hewan itu sangat besar untuk ukuran sapi dan hewan lainnya yang hidup di wilayah Sulawesi. Selain itu, dibagian tubuh yang dikatakan leher dan memiliki panjang sekira 2 meteran itu terdapat tiga ikatan tali nilon besar. Hal itu seakan menegaskan pernyataan salah satu warga yang mengatakan jika hewan tersebut adalah unta yang mati dalam penyeludupan.(*)

Rabu, 12 Maret 2014

Hidup Tak Hanya Menjadi PNS

Beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh tangis ribuan tenaga honorer kategori dua (K2) yang benar-benar mengabdi, namun tidak terakomodir dalam perekrutan CPNS. Hal itu ditenggarai karena adanya sejumlah tenaga honorer yang dinyatakan lulus, meskipun dalam kesehariannya mereka bukanlah seorang honorer [honorer siluman].

Jika seperti ini, siapa yang salah?

Melihat dari pokok permasalahan, sayapun merasa sejumlah pihak mesti sadar diri, terutama pihak Badan Kepegawaian Negara (BKN) hingga ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Kenapa? ya, karena mereka sesuangguhnya tahu berapa jumlah honorer yang dapat diangkat menjadi PNS, namun pada pelaksanaannya mereka seakan menutup mata. Alhasil, kericuhan saat pengumuman pun tak pelak di mana-mana. BKN tak ingin disalahkan dan melempar tanggungjawab itu ke pemerintah daerah masing-masing, tetapi mereka mengakui jika jumlah honorer sesuai data yang masuk dari tiap daerah sebanyak 600 ribu lebih, meskipun dalam data yang ada di BKN, mereka tahu jumlahnya hanya mencapai 120 ribuan saja se Indonesia.

Pertanyaannya, sudah punya data seperti itu mengapa masih mau dikibuli data dari daerah? mestinya BKN turun memverifikasi data yang ada, dan mengeluarkan yang memang sudah tidak aktif lalu mengangkat yang benar-benar mengabdi. Nyatanya, hal berbeda terlihat, BKN memberi kesempatan kepada oknum-oknum dari daerah untuk bermain. Hasilnya cukup fantastik, untuk kabupaten Banggai saja, ratusan orang yang tidak melaksanakan tugas sebagai honorer dinyatakan lulus.

Hal ini tentunya sangat merugikan mereka yang benar-benar menjadi tenaga honorer selama ini, puluhan tahun mengabdi tanpa gaji dan hanya berharap dari belas kasih orang, serasa tak terbalaskan. Negara ini seolah membunuh para pekerja yang sudah membuang waktunya untuk melaksanakan tugas pemerintah selama ini. Kecewa? sudah pasti, karena pengabdian mereka selama ini dengan harapan dapat direkrut sebagai PNS nantinya. Sayangnya, impian itu sirna hanya karena kesalahan pemerintah yang seenaknya mengacak data yang sudah ada.

Kini masing-masing daerah tengah melakukan verifikasi kembali terhadap sejumlah honorer yang telah dinyatakan lulus. Tapi kemudian muncul lagi pertanyaan, yakinkah verifikasi itu akan berjalan dengan baik? pengalaman sebelum dilaksanakan ujian, pihak BKD pun diberi kesempatan oleh MenPAN untuk memverifikasi data-data para honorer yang dinyatakan lolos berkas, jangan sampai ada yang sudah tidak aktif. Nyatanya, verifikasi itu hanyalah formalitas, buktinya pada pengumuman kelulusan hasil ujian yang digelar Panselnas beberapa waktu lalu, sejumlah nama-nama orang yang tidak pernah melaksanakan tugas sebagai honorer dan selama ini bekerja sebagai karyawan swasta dinyatakan lulus. Lalu, masih percayakah kita dengan verifikasi yang dilakukan saat ini?

Kawan, masih banyak jalan menuju roma. Mungkin itu pepatah lama, yang masih bisa kita gunakan. Hidup tak hanya sebatas menjadi PNS, masih banyak pekerjaan yang juga menjanjikan jika kita benar-benar bekerja. Jangan berharap kepada mereka yang telah menjual hak-hak kalian, cobalah untuk menerima beginilah kondisi negara kita. Negara saat ini tak lagi memperjuangkan hak-hak rakyat, karena mereka [pejabat] untuk mencapai posisinya tak sedikit yang rela mengorbankan banyak hartannya, pastinya itu akan mereka cari kembali ketika duduk di posisi saat ini. Dimana mereka mencari kembalian itu? ya dari kalian. Kalian memang tidak memberikan harta masing-masing, tapi hak kalian dirampas, lalu diberikan kepada orang yang mau menukarnya dengan harta itu. Hanya satu jalan agar tatanan yang sudah rusak dan telah mendarah daging itu dapat dirubah, yakni keluar dan lawan. Meksipun membutuhkan waktu yang lama, ataupun tak berhasil sampai batas usia, namun perjuangan kita akan menjadi satu titik awal perjuangan generasi penerus bangsa yang benar-benar peduli akan negara kita.

Jangan percaya iming-iming yang diberikan, sebab tangis dan keluh kalian adalah sesuatu yang sangat mereka dambakan. Semakin kalian mengeluh dan menangis, saat itupula mereka semakin di dewakan pihak lain, yang akhirnya hanya akan menambah pundi-pundi mereka. Kita bukan anak kecil lagi yang diberi iming-iming langsung menerimanya, cobalah untuk menyimak lalu masukan ke logika, adakah kita yang jumlahnya ribuan itu bakal direkrut juga? tentu tidak. Karena jika iya, negara ini akan bangkrut hanya untuk menggaji kita. Meskipun menurut pendapat orang, negeri ini kaya, dari hasil tambang saja, tanpa bekerja seluruh penduduk indonesia dapat digaji jutaan rupiah, asalkan pemerintah benar-benar memanfaatkan tugasnya dalam menarik retribusi dari tambang dan menggunakannya tepat sasaran. Namun satu hal yang perlu diingat, negeri ini adalah negeri para bandit seperti apa yang dikatakan Iwan Fals, sedikit bahkan mungkin tak adalagi pejabat yang murni memperhatikan rakyat.

Seperti ungkapan Stallin "kau rampas kebun cokelatku, lalu kau tukar dengan cokelat", intinya kita dibayar dari hasil yang seharusnya menjadi milik kita. Semua kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, pasti berujung pada pembebanan pajak bagi warganya. Saat ini, semua yang menjadi hak rakyat dibebani pajak, yang dikatakan kesehatan gratis, sejatinya masyarakat dibebani pembayaran dan berharap ketika sakit akan dibiayai. Padahal pada prakteknya, obat-obatan bahkan ruangan pun tetap akan dimintakan sejumlah uang ketika kita sakit nanti. Hak yang sesungguhnya menjadi hak kita sebagai warga negara, ternyata hanya dinikmati segelintir orang yang dikenal dengan sebutan bandit itu.

Kembali lagi ke soal PNS, ketika kalian masuk dalam dalam struktur PNS [misalkan] nasib kalianpun belum tentu lebih baik dari hari ini, karena berbagai penindasan bakal hadir disana. Kita bisa berkaca dari pengabdian kalian selama ini, mereka yang telah mendapatkan gaji dan dijamin kehidupannya oleh negara malah duduk santai, sementara kalian yang dipaksa bekerja. Ketika hasilnya baik, maka nama mereka yang akan dikenal, tapi kalian akan terlupakan bagai butiran air yang mengalir di dasboard mobil. Tak usahlah menyesali apa yang terjadi selama ini, tetapi pandanglah kedepan dan raihlah perubahan untuk kehidupan kita yang lebih baik. Mungkin saja, nasib kalian akan lebih sukses ketika menjadi pendagang, pengusaha atau lainnya. Pandai-pandailah menggunakan kelebihan yang telah diberikan Penciptamu, karena tak ada manusia yang diciptakan tanpa kelebihan. Yang ada kita yang belum menyadari kelebihan yang kita miliki.

Biarkan para bedebah itu berkicau, tataplah kedepan dan tak perlu menoleh kebelakang untuk menyesalinya. Pengalaman itu cukup sampai disitu saja, jangan ditelan jika itu pahit. Karena jika yang pahit itu dibiarkan, maka kau akan menjadi terbiasa, yang akhirnya sampai kapanpun perubahan tak akan datang dalam hidupmu. Selamanya tertindas, selamanya tertekan, selamanya menjadi pesuruh dan hidup diatas telunjuk tangan orang lain, tanpa bisa menentukan arah hidup sendiri.

Semangat kawan, jalan yang harus kita lalui masih panjang, hidup kita masih penuh warna, jadikan pengalaman itu sebagai suatu yang dapat memacu semangat kita untuk berjuang dengan cara yang lebih baik, untuk kehidupan yang menggairahkan. Jadilah orang yang berbeda diantara kawananmu, dan kau akan terlihat menonjol tanpa keluar dari aturan yang ada.


"Jangan bungkam suara kritis"
OI_BATIK LUWUK BANGGAI

Kamis, 09 Januari 2014

"Say Hello" di Facebook, Gadis 15 Tahun Dibawa Kabur

Ditemukan Keluarga dan Polisi, Atas Bantuan Densus 88

LUWUK-Ini adalah peringatan bagi para orang tua, agar tidak membiarkan anak gadisnya bebas menggunakan media sosial seperti facebook dan jejaringan sosial lainnya. Pasalnya, salah satu gadis asal desa  Sumber Mulya kecamatan Nuhon kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, dibawa kabur pemuda asal desa Bone-Bone Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Barat, yang jaraknya ratusan kilometer.

Sebut saja Mawar (15), gadis yang baru menginjakkan kaki di bangku SMA ini,  ditemukan keluarganya setelah sepuluh hari lamanya dibawa kabur ke kampung halaman sang lelaki. Diceritakan, awal mula kejadian keduanya berkenalan melalui jejaringan sosial Facebook. Merasa mendapat sambutan baik, AL si pria tersebut nekad mendatangi Mawar. Sebelum datang, AL sempat meminta kepada Mawar untuk mencarikan kos-kosan untuknya di Nuhon, sehingganya saat tiba AL langsung menempati kos yang dicarikan Mawar. Sejak itulah, hubungan keduanya semakin erat, setiap pulang sekolah Mawar selalu mampir ke kos sang pria kenalannya itu. Tak hanya sekedar berkenalan, keduanya bahkan telah beberapa kali melakukan hubungan layaknya suami isteri.

Dijanjikan bakal dinikahi, Mawar mau saja ketika diajak kabur oleh AL ke daerah asalnya. Namun, setelah beberapa hari tiba, janji AL untuk menikahi dirinya tak kunjung dilakukan. Mawar pun mulai merasa dibohongi. Namun, karena jarak yang jauh dan takut menghubungi keluarga, dirinya masih menunggu janji sang pacar. Sementara itu, keluarga Mawar pusing tujuh keliling mencari keberadaannya. Tak habis akal, pihak keluarga kemudian melaporkan kehilangan anaknya itu, atas kerjasama kepolisian polsek Nuhon dan kepolisian Bone-Bone, Mawar akhirnya berhasil ditemukan di desa Bone-Bone Sulawesi Barat. Tak hanya menjemput Mawar, polisi juga menangkap AL karena membawa kabur dan melakukan hubungan tak pantas kepada Mawar yang masih berstatus dibawah umur."Kita tau dia (Mawar,red) ada di Bone-Bone atas bantuan polisi melalui densus 88 yang melacak sinyal handphone Mawar. Saat tau, polisi dan keluarga langsung berangkat menjemput Mawar," terang salah satu kerabat dekat Mawar, Kamis (9/1) kemarin kepada sejumlah media saat persidangan tengah dilakukan dengan tertutup.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Luwuk, Shendy Pradana SH, saat dikonfirmasi juga membenarkan hal itu. "Berdasarkan pengakuannya, sejak tinggal di kos-kosan, Mawar selalu mampir, dan mereka telah melakukan hubungan badan hingga 10 kali. Selama 10 hari dalam pelarian itu, setiap harinya mereka melakukan hubungan badan sebanyak dua kali," kata Shendy Pradana SH usai persidangan.


news.luwukpost.info

Perpusda Sengaja Dibakar?

Polisi Diminta Usut
Tuntas Kasus Kebakaran

LUWUK-Kepolisian harus mengusut tuntas penyebab terjadinya kebakaran di kantor satu atap perpustakaan dan arsip daerah. Pengusutan itu perlu dilakukan agar korsleting listrik atau kompor meledak tidak selalu dijadikan penyebab kebakaran.
Ketua BEM Fisip Unismuh, Muh Arbes Lamusu, Rabu (8/1), mengatakan, berdasarkan pengakuan kepala perpustakaan daerah jika taksiran sementara kerugian itu mencapai Rp 5 Miliar bukanlah jumlah yang sedikit. Olehnya, pihak kepolisian perlu mengusut kasus kebakaran ini, dan memastikan penyebabnya."Kita tidak ingin berprasangka buruk, namun melihat jumlah kerugian, dan keluhan keberadaan kantor itu selama ini, saya rasa perlu diusut tuntas oleh kepolisian penyebab pastinya," kata Arbes.
Pria yang kini ikut dalam pertarungan pencalonan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unismuh ini, juga meminta kepolisian untuk mengawasi lokasi kebakaran. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi pencurian beberapa barang yang masih bernilai uang, dan juga untuk menjaga agar kondisi tempat kejadian kebakaran tidak dirusak.

PERPUSDA SENGAJA DIBAKAR ?

Arif, salah satu staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengungkapkan sebelum kejadian ada seorang ibu yang sempat melihat di bagian samping kantor terparkir satu unit sepeda motor mio soul. Setelah kendaraan tersebut pergi, dirinya kemudian melihat terjadi kebakaran. Sayangnya, saat ditanyakan siapa wanita yang menceritakan hal itu kepadanya, Arif mengaku tidak mengenalnya."Itu ibu bilang ada motor mio soul disini, ketika dia pergi barulah terjadi kebakaran. Itu ibu kira motornya pegawai disini, tapi anak-anak yang tinggal disini katanya tidak kenal," terang Arif yang diamini, Dini dan Yono (orang yang berada di lokasi saat kejadian,red).

Beragam Asumsi Bermunculan, Lebih Banyak Sepakat Bukan Terbakar "melainkan dibakar" 

Kebakaran yang menimpa kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah kabupaten Banggai, Rabut (8/1) lalu, diduga sengaja dibakar oknum tertentu guna menghilangkan berbagai arsip penting terkait sejumlah proyek tak beres di tahun sebelumnya. Hal itu diungkapkan sejumlah masyarakat, salah satunya Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Luwuk, Faisal Lalimu, Kamis (9/1) kemarin.

Dikatakan, kebakaran itu menimbulkan sejumlah pertanyaan besar. Pasalnya, kantor tersebut merupakan tempat penyimpanan arsip-arsip penting daerah, yang pastinya segala sesuatu yang berkaitan dengan proyek tak beres pun terdapat arsipnya."Saya kira Asumsi masyarakat terkait kantor itu sengaja dibakar, tidak bisa disalahkan. Karena kantor tersebut merupakan tempat penyimpanan arsip termasuk proyek-proyek tak beres tahun kemarin," terang Faisal.

Tak hanya itu, Faisal pun menduga jika kondisi kantor itu pun menjadi salah satu penyebabnya terbakar. Sebab, sebelumnya kepindahan kantor perpustakaan dan arsip daerah dari lokasi sebelumnya di samping Gedung Wanita ke eks kantor camat dan kantor BPBD sempat menjadi perbincangan. Banyak yang merasa kondisi kantor tak lagi layak, serta adapula yang beralasan lokasinya tak layak sebagai kantor perpustakaan."Kemungkinan memang sengaja dibakar ini, biar cepat pindah," kata Faisal lagi.

Asumsi masyarakat baik itu dalam perbincangan langsung dengan awak media maupun melalui media jejaringan sosial banyak yang menduga-duga jika kantor tersebut sengaja dibakar oknum tak bertanggungjawab. Alasannya, selain kantor tersebut merupakan tempat penyimpanan arsip penting daerah. Sumber kebakaran yang sebelumnya beredar berasal dari korsleting listrik, dirasakan janggal."Listrik sekarang kalau ada yang korslet pasti MCBnya langsung turun, dan aliran listrik mati. Jadi tidak mungkin itu karena korsleting, itu kemungkinan besar sengaja dibakar," tandas Ari, warga Luwuk.

Humas PLN cabang Luwuk, Dicky Polii pun saat dimintai keterangannya mengatakan jika hasil pemeriksaan teknisi PLN, saat kebakaran kondisi listrik dalam keadaan aman. Namun, jika menggunakan pendingin ruangan dan preonnya habis, hal itu bisa juga menjadi penyebab terjadinya percikan api."Kalau hasil pemeriksaan teknisi katanya status instalasi pada kondisi aman, tapi bisa jadi jika ada pendingin ruangan yang kehabisan preonnya dan dibiarkan hidup terus akan panas dan meledak," terang Dicky via telepon selulernya.

Sebelumnya, sejumlah pihak juga sempat mengungkapkan jika ada satu unit AC diruangan yang dibiarkan hidup terus selama tiga hari. Dan mereka berpendapat jika kebakaran itu berasal dari AC yang hidup itu. Sebab, sumber api yang dilihat saksi pertama kali pun di lokasi yang sama. Akan tetapi, sejumlah pihak pun menyatakan jika AC yang dibiarkan hidup tersebut merupakan AC yang baru dipasang, kemungkinan untuk kehabisan freon sangan kecil."Dorang (pegawai perpustakaan,red) itu AC baru dipasang tiga hari, jadi tidak mungkin kehabisan freon," kata Jay salah satu warga yang sempat menyaksikan peristiwa kebakaran rabu subuh itu.



Sementara itu, Kapolres Banggai, AKBP Dulfi Muis, S.Ik, SH, MH saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya saat ini tengah melakukan penyelidikan, untuk dapat mengungkap penyebab pasti kebakaran itu."Kita masih tunggu hasil penyelidikan dari unit identifikasi, untuk mengetahui penyebab pastinya," terang Dulfi.
Keberadaan Perpustakaan dan arsip daerah di bangunan bekas kantor camat dan kantor BPBD tersebut, sebelumnya sempat dikeluhkan. Pasalnya bangunan tersebut merupakan bangunan lama. Namun oleh pemerintah masih dianggap layak untuk digunakan.


(sumber : Luwuk Post)

Kantor Perpustakaan Ludes Terbakar

Diduga Api Berasal dari
Ruangan Kepala Kantor

Ribuan Buku Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 5 Miliar


LUWUK-Kantor perpustakaan daerah Kabupaten Banggai terbakar. Tak ada satupun barang yang dapat diselamatkan saat kebakaran yang terjadi, sekira pukul 03.00, Rabu (8/1) kemarin.
Informasi yang berhasil dihimpun koran ini menyebutkan, kebakaran yang terjadi saat warga tertidur lelap itu, diduga terjadi akibat arus pendek listrik yang berasal dari ruangan kepala kantor Perpustakaan Daerah.  Api kemudian dengan cepat membesar dan menyambar bagian dari bangunan lainnya hingga membakar habis bangunan yang berisi ribuan buku dan arsip daerah itu. Beberapa pemuda yang menempati ruangan bagian belakang kantor, mengaku tidak mengetahui pasti penyebab kebakaran.
Hanya saja ketika salah satu dari mereka terbangun dan mengetahui adanya kebakaran, titik api pertama kali terlihat dari ruangan Kepala Kantor Perpustakaan Daerah. Informasi lain  menyebutkan jika salah satu ruangan di kantor itu baru dipasangi pendingin (AC,red), dan sudah tiga hari tidak dimatikan.
Namun, salah satu pegawai membantah pernyataan rekannya itu, dengan mengatakan jika setiap harinya sebelum pulang, dirinya selalu mengontrol setiap ruangan dan mematikan AC dan mencabut colokan listrik yang masih terhubung.
Dikantor tersebut menetap beberapa pemuda, antara lain, Risman yang merupakan pegawai honorer BPBD serta beberapa sepupunya yang masih sekolah. Namun, saat kejadian, Risman tengah berada di kecamatan Toili dan baru pulang setelah mengetahui adanya kebakaran itu.
"Yang bangun duluan Sain, baru dia kase bangun torang. Waktu saya liat api yang so besar, ada diruangan tengah mungkin ruangan kepala perpustakaan. Karena panik, torang hanya fokus selamatkan motor dan ijasah, yang lain tidak sempat dikeluarkan. Selain itu, ruangan lainnya juga terkunci," kata Yono, salah satu sepupu Risman.
Pemadam kebakaran yang mendapatkan informasi langsung ke lokasi dan melakukan upaya penyelamatan, namun sejumlah barang tak bisa diambil lagi. Sebab api telah membesar, dan membakar sejumlah ruangan yang berisi barang-barang mudah terbakar seperti buku-buku bacaan, tiga unit kendaraan pemadam kebakaran baru berhasil mengendalikan api sekira pukul 04.30 wita. "Apinya mati total nanti jam 6 pagi," terang salah satu warga.
Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah, Kamil Datu Adam saat dikonfirmasi mengungkapkan sebanyak 26 ribu buku bacaan hangus terbakar. Taksiran sementara kerugian akibat kebakaran gedung dan isinya sebesar Rp5 miliar. Kamil juga berharap kantor baru untuk Perpustakaan dan Arsip daerah dapat segera dibangunkan lagi. "Untuk sementara kita akan mengusulkan untuk berkantor di kantor BPPT lantai dua, namun saat ini kita masih menunggu keputusan Bupati Banggai," terang Kamil. 

(sumber : Luwuk Post)




Minggu, 05 Januari 2014

Empat Porter Lion Air Jadi Tersangka

 Pencurian Perhiasan Milik Istri Polisi di Kabin Pesawat

PONTIANAK – Penyidikan kasus pencurian perhiasan yang kabarnya senilai Rp 19 miliar milik Titi Yusnawati, istri pejabat Polda Kalbar AKBP Idha Endi Prasetyono, terus berjalan. Tim penyidik kemarin (5/1) menetapkan empat porter sebagai tersangka pencurian yang terjadi di bagasi pesawat Lion Air JT 715 dari Pontianak tujuan Jakarta Jumat lalu (3/1). Empat tersangka itu adalah karyawan Pratita Titian Nusantara selaku grup handling maskapai Lion Air. 
Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Kalbar Kombes Rudi Hartono mengatakan, diduga para tersangka merupakan sindikat yang melakukan pencurian bagasi penumpang secara terstruktur. Setiap pelaku memiliki peran. ”Kalau melihat cara kerja mereka, mereka ada sindikat karena dilakukan secara bersama-sama dan memiliki peran masing-masing. Bahkan, sistem kerja mereka juga terstruktur,” kata Rudi di Mapolda Kalbar kemarin.
Rudi menyebutkan, sebelum menetapkan tersangka, pihaknya memeriksa 12 porter yang diduga juga terlibat dalam aksi pencurian itu. ”Dari pemeriksaan 12 orang itu, mengarah pada empat orang tersebut, kemungkinan bisa bertambah dan berkembang. Karena berdasar keterangan, beberapa dari mereka mengetahui perbuatan pelaku,” jelas Rudi. 

Selain memeriksa belasan porter tersebut, penyidik akan memeriksa petugas bagian X-ray. ”Sejauh mana keterlibatan mereka, kita akan periksa semua, termasuk bagian X-ray. Bandara harus steril,” tegasnya.
Ditanya soal nominal atau nilai perhiasan yang dicuri, Rudi tidak bisa memastikan. ”Berapa nilainya, kita juga tidak tahu. Karena saya bukan ahli berlian. Namun, jika diperlukan, kita akan minta bantuan saksi ahli. Agar masalah nilai atau nominal ini tidak menjadi polemik dan semua bisa klir,” lanjutnya.
Sementara itu, barang bukti yang dapat diamankan dari tangan pelaku berupa 2 cincin kawin emas kuning, 1 cincin emas kuning, 3 cincin emas putih, 1 rantai emas putih, 1 rantai emas kuning, 1 gelang emas putih, 1 bandul kalung emas kuning, 1 kalung berliontin emas putih, 1 pasang anting emas putih bermata mutiara, 1 anting emas putih, dan 1 jam tangan merek Rolex.
Ke depan, lanjut Rudi, pengamanan terhadap Bandara Supadio, Pontianak, diperketat. Polda Kalbar akan berkoordinasi dengan pihak PT Angkasa Pura (AP) II untuk menempatkan personel Kantor Pelaksana Pengamanan Pelabuhan Udara (KP3U) di lokasi rawan yang tidak terpantau CCTV. ”Untuk pengamanan, sebenarnya di sana (bandara) sudah ada KP3U, namun bagaimana SOP-nya, nanti kita koordinasikan dengan pihak bandara,” terangnya.
Menurut Rudi, aksi pencurian bagasi penumpang di lambung pesawat bukan kali pertama. ”Kita akan cek, apakah sebelumnya memang ada laporan yang masuk atau tidak. Kalau ada, kita akan konfrontasi,” lanjut Rudi.
Selain akan memeriksa beberapa orang yang diduga terlibat dalam aksi pencurian itu, tambah Rudi, pihaknya akan memeriksa Titi Yusnawati dan suaminya, AKBP Idha Endi Prasetyono, terkait dengan asal kepemilikan perhiasan yang konon mencapai belasan miliar rupiah itu. ”Kami juga akan periksa mereka. Dari mana asal usul perhiasan itu, kalau memang membeli, apakah ada nota pembeliannya, dan beli dari mana. Itu yang masih kita telusuri,” tambahnya.
Sementara itu, Supandi, salah seorang tersangka yang berhasil diwawancarai Pontianak Post (Jawa Pos Group), mengaku sudah setahun bekerja sebagai porter Lion Air. Selama itu dia sudah melakukan pencurian bagasi penumpang sepuluh kali. Untuk melancarkan aksinya, Supandi bekerja sama dengan empat rekannya yang lain. Selama ini dia berperan sebagai eksekutor dalam pencurian bagasi penumpang pesawat tersebut. ”Setiap kali saya dapat barang, barang itu saya serahkan kepada Agung dan Ateng, petugas GSE (ground support equipment). Kemudian, nanti hasilnya kita bagi rata,” kata Supandi.
Menurut Supandi, aksi pencurian itu dilakukan di dalam lambung pesawat. Lokasi tersebut dipilih karena tidak terpantau CCTV. Dalam beraksi, Supandi mencongkel kunci pengaman koper (bag) dengan kunci motor yang sudah dirinya persiapkan.
Supandi menambahkan, perhiasan hasil curian itu rencananya dijual ke toko emas. Namun, toko emas yang tak jauh dari bandara tidak mau menerima karena perhiasan tersebut tak dilengkapi surat-surat. ”Rencananya kita jual. Tapi, toko emasnya tidak mau terima, katanya takut, karena tidak ada surat-suratnya,” ucapnya.
Selain perhiasan itu, Supandi mengaku sering mencuri rokok dan uang mulai Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta milik penumpang. Dia juga pernah mencuri ponsel dan kamera yang disimpan di bagasi. ”Tapi, yang paling sering rokok,” ujar Supandi.
Disinggung mengenai keterlibatan petugas X-ray, Supandi mengaku tidak pernah berkomunikasi dengan pihak X-Ray. ”Saya tidak pernah berkomunikasi dengan mereka, kami satu tim lima orang,” jelasnya.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, para tersangka dijerat dengan pasal 362 dan 363 KUHP dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara. (sumber : JPNN)



Sehari Langsung Terbongkar

1.      Kawanan pencuri beraksi pada Jumat (3/1) pukul 16.10 di lambung Lion Air.
2.      Supandi berperan sebagai eksekutor.
3.      Supandi mencongkel bag (koper) dengan kunci motor.
4.      Setelah mendapatkan barang (perhiasan), Supandi menyerahkan kepada Agung dan Ateng, operator GSE.
5.      Oleh Ateng, perhiasan itu disimpan di rumah.
6.      Malamnya Supandi mendatangi rumah Ateng untuk memperlihatkan barang curian tersebut.
7.      Perhiasan itu rencananya dijual ke salah satu toko emas. Namun, toko emas tersebut tak mau menerima karena tidak ada surat.
8.      Karena pencuri itu takut, perhiasan tersebut disimpan di pekarangan warga.
9.      Sebelumnya Supandi mengambil 2 cincin, 2 gelang, dan jam tangan Rolex.
10.    Sabtu (4/1) pukul 08.00 perhiasan ditemukan Joko Lelono, pemilik pekarangan.


Sepuluh Porter yang Diperiksa:
1.      Supandi, berperan membawa tas ke bagasi pesawat dan mencongkel tas korban. Dia mendapat bagian 2 gelang dan 2 cincin.
2.      Agung, berperan sebagai pencongkel dan mengambil perhiasan. Dia mendapat bagian 2 cincin, 1 kalung, dan 2 berlian.
3.      Suheri, mengetahui aksi pencurian itu.
4.      Fitriadi, mengetahui aksi pencurian itu dan mendapat bagian cincin.
5.      Badawi, mengetahui dan tidak mendapat bagian.
6.      Sumirin, mengetahui dan tidak mendapat bagian.
7.      Rian setiawan, mengetahui dan tidak mendapat bagian.
8.      Mat Hari, mengetahui dan tidak mendapat bagian.
9.      Ateng, mengetahui dan tidak mendapat bagian.
10.    Darusal.  

(illustrasi photo sumber : google)

Membongkar Kebiasaan Lama Aparatur

SEKALI lagi kita menaruh hormat kepada Pemkab Banggai yang terus memperlihatkan political will untuk membangun clean and good governance. Setelah beberapa waktu lalu menggalang ikrar antikorupsi, pemda kembali mewacanakan kontrak kerja bagi seluruh aparatur pemerintahan di Kabupaten Banggai. Rencana itu bahkan dipastikan mulai berjalan efektif 1 Januari 2014 mendatang.
Dengan kontrak kerja, pemda sebenarnya berharap kinerja aparatur pemerintah bisa lebih baik dan terukur. Tidak ada lagi PNS “pengangguran” yang tidak jelas tupoksinya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bermain game di komputer.
Harus diakui, banyaknya PNS di lingkungan pemerintahan yang berleha-leha di jam kerja sudah menjadi rahasia umum. Ketidakjelasan alur kerja serta beban kerja yang tidak seimbang dengan jumlah pegawai yang melimpah di sejumlah SKPD, membuat banyak PNS tak tahu harus bekerja apa lagi. Jangan heran, tidak sedikit PNS yang kedapatan bermain game di jam kerja atau keluyuran di luar kantor sebelum jam istirahat. Atau bahkan lebih parah, ada PNS yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan tidak masuk kerja tanpa perasaan bersalah sama sekali.
Hmmm..kita tentu saja resah dengan perilaku PNS yang sedemikian ini. Meski tentu saja tidak semua aparatur berperilaku pongah seperti itu, namun tabiat seperti ini akan terus menggerus kewibawaan pemerintah yang memang sedang berada di titik nadir.
Sejatinya, sesuai filosofi pemerintahan, aparatur negara itu adalah pelayan publik. Mereka bekerja dan digaji dengan sebagian besar uang rakyat yang bersumber dari pajak yang dipungut dari rakyat. Alangkah nistanya jika ratusan miliar uang rakyat yang tiap tahun dikucurkan untuk membayar gaji aparatur itu disia-siakan. Rakyat bersusah payah membayar pajak, sementara aparatur berleha-leha dan menjadikan pekerjaannya sebagai tempat bersantai ria. Publik tentu saja terluka melihat pemandangan ini. Meskipun tidak banyak yang mampu mengekspresikan rasa kecewanya secara terbuka, namun yakinlah rakyat semakin pintar untuk menilai.
Karena itu, sekali lagi, kita memberi poin kepada pemda yang beritikad untuk membongkar kebiasaan lama itu. Upaya pemda untuk mengikat setiap aparatur dengan kontrak kerja adalah langkah yang tepat untuk menghentikan korupsi waktu yang sering dilakukan aparatur.
Namun, seyogyanya, kontrak kerjasama itu harus disertai dengan rambu-rambu dan indikator yang jelas. Sehingga bisa ketahuan mana aparatur yang benar-benar sudah bekerja baik dan mana tetap loyal dengan kebiasaan lamanya itu. Kita berharap cara ini bisa mengubah perilaku aparatur menjadi lebih baik.(sumber : Luwuk Post)

Lulus Tes Belum Tentu Jadi CPNS

Lulus Tes Belum Tentu Jadi CPNS

LUWUK- Honorer Kategori Dua (K2) yang telah dinyatakan lulus ujian tertulis seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) belum tentu bakal mulus menjadi CPNS. Penekanan tersebut disampaikan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Banggai, Syamsuridjal Poma ketika mengikuti rapat di Komisi A DPRD Banggai di ruang Fraksi Golkar DPRD Banggai, Senin (30/12).
Mereka yang dinyatakan lulus ujian tertulis kata Syamsuridjal Poma, masih dilakukan verifikasi faktual. Verifikasi tersebut dilakukan untuk menelusuri apakah yang namanya lulus benar-benar honorer murni tercatat sebagai honorer sejak tahun 2005 hingga pengangkatan CPNS atau bukan. “Meskipun lulus ujian tertulis, belum tentu jadi CPNS,” kata Syamsuridjal.
Ia memastikan, mereka yang hanya “memanfaatkan” peluang pendataan honorer K2 atau siluman tak bakal diangkat menjadi Pamong Praja. Verifikasi factual dilakukan oleh tim. Tim akan melakukan verifikasi hingga ke akar-akarnya, seperti tetangga tempat si oknum honorer bermukim.
Tim verifikasi sebut Syamsuridjal melibatkan banyak kalangan. Seperti, penyidik kejaksaan, penyidik polri, lembaga dewan dan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Artinya, mereka yang bakal jadi CPNS benar-benar honorer murni.
Bagi yang lolos menjadi CPNS dan ternyata di belakang hari ditemukan bukanlah berasal dari honorer akan mendapatkan ancaman pidana. Baik yang bersangkutan maupun pimpinan satuan kerja yang mengeluarkan rekomendasi. Tak hanya sanksi pidana, tapi pengembalian seluruh uang negara yang diterimanya.
Bagi Syamsuridjal, sebagai kepala SKPD dirinya tak bakal membubuhkan tandatangan apabila yang bersangkutan bukanlah honorer. Berbeda, apabila oknum itu benar-benar honorer murni. Dia tak mau bubuhkan tandatangan, karena ancaman sanksi pidana tersebut. (sumber: Luwuk Post)

Kamis, 02 Januari 2014

Stock Miras Ludes Diborong Warga

 Stock Miras Ludes Diborong Warga
‘ROSA’ Paling Diminati

LUWUK–Minuman keras nampaknya identik dengan pesta perayaan malam tahun baru. Pasalnya, selain berburu kembang api, sebagian warga jelang perayaan malam pergantian tahun, sudah menyiapkan stock minuman keras. Bahkan di sejumlah pedagang miras eceran, stock untuk satu bulan habis di borong warga.
Diantara jenis miras yang dijual bebas di pasaran lokal, yang paling laku di beli warga adalah Rosa alias robe samping atau dikenal dengan nama Captikus. Minuman keras tradisional ini harganya bahkan naik hingga 10 % saat perayaan malam tahun baru.
Yuko, salah seorang warga Luwuk yang ditemui ketika menunggu detik-detik pergantian tahun, Selasa (31/12) malam kemarin, mengaku sudah mempersiapkan miras dalam jumlah banyak untuk dikonsumsi bersama rekan-rekannya. Dan yang paling banyak jenisnya adalah captikus. “Tapi ada juga bir, pokoknya pagi kalo mo pagi,” ujarnya yang ketika itu sudah dalam pengaruh miras.
Dalam amatan Luwuk Post, di beberapa tempat yang menggelar kegiatan perpisahan tahun, nampak ada sajian minuman keras aneka jenis. Mulai dari yang harnya puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Dan tidak jarang, akibat mengkonsumsi miras berlebihan, terjadi tawuran antar sesama rekan minum. (sumber : LuwukPost)

Kemeriahan Perayaan Malam Pergantian Tahun


PESTA KEMBANG API : Meski sempat diguyur hujan, ribuan warga Luwuk tetap merayakan malam  pergantian tahun dengan pesta kembang api.



LUWUK-Meskipun dalam guyuran hujan, perayaan malam pergantian tahun atau tahun baru 2014 rabu lalu. Beberapa lokasi keramaian seperti yang ada di ruas jalan MT Haryono, Tugu Adipura dan beberapa lokasi lainnya bahkan hingga sampai macet.

Petugas dari satuan polisi lalu lintas, dibantu anggota Dishub terlihat kewalahan mengatur arus lalu lintas dengan banyaknya kendaraan yang tumpah ke jalan saat itu. Tak ayal, kemacetan terjadi dibeberapa titik. Bahkan, di perempatan trafficlight depan Bank Mega, terlihat yang mengatur arus lalu lintasa adalah seorang security.

Kasat Lantas Polres Banggai, Iptu Indra kepada Luwuk Post mengatak jika seluruh anggota pada perayaan malam tahun baru dikerahkan untuk mengamankan beberapa titik keramaian yang ada."Ada juga beberapa anggota yang mobile (keliling,red) untuk memantau arus lalin," terangnya ketika ditemui di pos Lantas Adipura, Rabu (31/12) sekira pukul 10.30 wita.

Kemacetan juga terjadi di ruas jalan depan karaoke keluarga Happy Puppy pun terkena imbasnya. Hal itu dikarenakan banyaknya warga yang ingin merayakan pergantian tahun dengan keluarga untuk bernyanyi. Beruntung dilokasi itu juga dibantu oleh para pemuda setempat, sehingga kemacetan dapat teratasi."Ini karena yang dari kampung juga so datang kesini merayakan tahun baru 2014," kata Winda, warga Luwuk yang berpapasan dengan awak media saat itu.

Dentuman petasan, serta bunyi terompet dan kemeriahan kembang api pun terlihat jelas ketika waktu menunjukkan pukul 00.01 wita. Pesta kembang api terlihat dimana-mana. Sementara itu petugas dari Kepolisian, TNI, Dishub dan kelompok-kelompok pemuda terus memonitor kamtibmas dan arus lalin di beberapa lokasi.(van)